Elivina Nawu adalah seorang guru honorer yang telah mengabdi mengajari anak-anak sekolah di daerah Flores, NTT. Selama 9 tahun mengabdi, gaji yang diterima Elivina hanya sebesar Rp 200 ribu saja per bulan. Agar kebutuhan dia dan keluarganya mencukupi, Elivina pun sampai berjualan kemiri di sela-sela kegiatan dia mengajar.
Tentu jika dibandingkan dengan tenaga kerja pengajar pada umumnya, gaji yang diterima Elivina jauh dari kata mencukupi. Bukan tanpa alasan Elivina tetap mencurahkan perjuangannya dengan kondisi demikian ini. Elivina mengaku mendapatkan suntikan semangat tak pernah padam, karena ambisinya bisa melihat anak-anak didiknya tumbuh menjadi anak yang cerdas.
Saat diwawancarai Elivina mengatakan, dirinya selalu termotivasi untuk mencerdaskan anak bangsa. Meskipun upah yang dia terima sangat tidak sesuai dengan apa yang telah dia lakukan selama 9 tahun ini.
Mulai Mengajar Sejak Tahun 2011
Elivina mengaku sudah mulai menjadi guru honorer mengajari anak-anak di daerah Flores, NTT sejak tahun 2011 silam, tepatnya pada 1 Oktober. Tentu, jam terbangnya dalam pembelajaran sekolah sudah sangat tinggi sekali. Elivina mengaku dalam satu minggu jam mengajarnya adalah 26 jam.
Dari pihak komite sekolah, dia hanya mendapatkan upah sebesar Rp 200 ribu untuk satu bulannya. Lebih mirisnya lagi, dia tak lagi menerima upah itu sejak tahun 2018. Elivina Nawu sendiri memiliki dua anak kecil yang tergantung dari profesinya sebagai guru honorer itu.
Pendapatan yang diterima tidak hanya berasal dari pihak Komite Sekolah, namun dari Pemerintah Daerah Manggarai Timur, dia juga mendapatkan tambahan penghasilan atau tamsil sebesar Rp 500 per dua bulan. Meski demikian karena namanya juga tamsil, Elivina menerima uang itu juga tidak rutin.
Elivina terkadang menerima dana tersebut baru delapan bulan setelahnya. Jumlahnya pun juga tidak penuh seperti yang seharusnya. Seringnya hanya dibayarkan untuk jatah 3 bulan saja.
Gaji Yang Tidak Sesuai Pengorbanan
Tak hanya gaji yang tidak jelas jumlah dan kapan diterimanya itu, pengorbanan terbesar Elivina adalah kala dia mendatangi murid-muridnya untuk mengajarkan ilmu. Karena daerah pelosok, Elivina harus berjalan kaki menyusuri hutan dan sungai dengan jarak tempuh berkilo-kilometer.
Elivina Nawu tak hanya tinggal dengan kedua anaknya, tetapi juga tinggal bersama kedua orang tuanya yang berprofesi sebagai petani kemiri. Hasil panennya juga dijual oleh Elivina guna mendapatkan tambahan uang untuk kebutuhan keluarganya sehari-hari.