Diabetes (atau diabetes mellitus) adalah penyakit kronis yang membuat tubuh seseorang mengalami kelainan dalam mengolah energi yang diperoleh dari makanan. Ada 3 tipe diabetes tipe 1, diabetes tipe 2, dan diabetes gestasional.
Diabetes adalah suatu kondisi yang disebabkan oleh kekurangan atau tidak cukupnya pasokan insulin pada tubuh. Insulin adalah hormon yang dibuah oleh pankreas. Hormon ini berperan seperti kunci untuk pintu pada sel tubuh yang kemudian akan membuat gula (glukosa) dapat masuk ke dalam sel.
Tubuh seseorang secara otomatis menjaga kadar gula darah pada level normal. Setelah mengonsumsi makanan dengan kandungan karbohidrat, gula akan diserap oleh darah dengan sangat cepat. Jumlah darah yang diserap darah tidak akan terlalu tinggi, tapi juga tidak terlalu rendah. Dua hormon yang bekerja, yaitu insulin dan glukagon, yang diproduksi di pankreas, akan selalu mengontrol kadar gula darah seseorang.
Pada penderita diabetes, pankreas memproduksi insulin yang sedikit, sehingga membuat gula pada darah tidak dapat masuk ke otot dan sel lain untuk memproduksi energi. Jika hal ini terjadi, gula akan menumpuk pada aliran darah, yang kemudian akan menyebabkan tingginya kadar gula darah (diabetes).
[toc]
Diabetes Tipe 1
Penyebab Diabetes Tipe 1
Diabetes tipe 1 merupakan salah satu kasus diabetes yang jarang terjadi. Paling tidak, hanya sekitar 10% dari seluruh penderita diabetes yang memiliki kasus diabetes tipe 1.
Diabetes tipe 1 merupakan jenis diabetes yang disebabkan oleh kelainan organ tubuh. Pada penderita diabetes tipe 1, antibodi pada tubuhnya akan menyerang pankreas, yang kemudian menyebabkan kerusakan pada pankreas sehingga pankreas tidak dapat memproduksi insulin.
Terdapat beberapa cara mengobati diabetes tipe 1, yaitu dengan memberikan tablet insulin atau suntikan insulin. Meski begitu, pemberian insulin yang paling umum adalah dengan menggunakan suntikan. Hal ini karena apabila diminum, obat akan dicerna di dalam perut seperti makanan sehingga tidak bisa masuk ke dalam darah.
Penderita diabetes tipe 1 biasanya telah diajarkan untuk menyuntikkan tubuh mereka dengan insulin. Penyuntikan ini dilakukan pada jaringan tubuh dengan lapisan lemak yang lumayan tebal, misalnya paha dan perut.
Gejala Diabetes Tipe 1
1. Gula darah tinggi
Gula darah tinggi (hiperglikemia) merupakan faktor utama yang menyebabkan diabetes terjadi pada seseorang. Terdapat 2 jenis hiperglikemia, yaitu fasting hyperglycemia dan postprandial hyperglycemia.
Fasting hyperglycemia adalah kondisi gula darah yang mencapai lebih dari 130 mg/dL (milligram per desiliter), padahal orang tersebut tidak minum dan makan selama setidaknya 8 jam. Sementara itu, postprandial hyperglycemia adalah keadaan dimana gula darah mencapai lebih dari 180 mg/dL setelah 2 jam seseorang makan.
2. Berat badan menurun
Kehilangan berat badan atau menurunnya berat badan adalah hal yang normal. Namun, apabila berat badan menurun secara signifikan, hal tersebut bisa menjadi suatu tanda penyakit.
Pada penderita diabetes, kekurangan insulin menyebabkan tubuh tidak memperoleh energi dari makanan. Sehingga apabila ini terjadi, tubuh mulai membakar cadangan lemak untuk diubah menjadi energi. Inilah yang menyebabkan menurunnya berat badan.
3. Sering merasa lapar
Salah satu gejala diabetes yang lain adalah sering merasa lapar. Rasa lapar yang berlebihan ini dalam dunia kedokteran disebut sebagai polyphagia. Rasa lapar pada penderita diabetes umumnya disebabkan karena obat-obatan yang dikonsumsi penderita yang menyebabkan kadar gula darah turun.
4. Sering merasa haus
Sering merasa haus merupakan ciri ciri diabetes. Polydipsia adalah istilah kedokteran yang menjelaskan keadaan dimana seseorang merasa haus berlebihan. Hal ini biasanya disebabkan beberapa hal, diantaranya diare, mual dan muntah, kehilangan darah, atau dehidrasi.
Orang yang Paling Berisiko Terserang Diabetes Tipe 1
1. Faktor genetik
Faktor genetik dan riwayat keluarga merupakan salah satu yang berpengaruh dan membuat seseorang memiliki risiko lebih tinggi terserang diabete tipe 1. Apabila seseorang dalam keluarga Anda terserang diabetes tipe 1, maka ada baiknya Anda segera memeriksakan diri Anda.
2. Usia dibawah 14 tahun
Meskipun diabetes tipe 1 dapat muncul pada semua umur, sebagian besar diabetes tipe 1 terdeteksi pada anak dengan rentang usia antara 4 sampai 7 tahun, dan juga anak berusia antara 10-14 tahun.
Komplikasi pada Diabetes Tipe 1
1. Gagal ginjal
Diabetes akan membuat sedikit bagian pembuluh darah di tubuh luka. Apabila hal ini terjadi pada bagian pembuluh darah di ginjal, maka ginjal tidak akan bisa membersihkan darah.
Tubuh penderita akan mempertahankan air dan garam lebih banyak dari seharusnya, yang kemudian akan menyebabkan bertambahnya berat badan dan juga pembengkakan di bagian pergelangan kaki.
2. Penyakit jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler)
Survei membuktikan bahwa penderita diabetes memiliki risiko kematian 4-6 kali lebih tinggi akibat serangan jantung. Sebuah studi menyebutkan bahwa terdapat hubungan timbal balik antara resistensi insulin dengan tekanan darah tinggi.
Apabila pasien menderita kedua penyakit ini, maka risiko penderita menderita penyakit kardiovaskuler akan menjadi 2 kali lipat.
3. Diabetes retinopati
Diabetes retinopati (Diabetic Retinopathy) adalah keadaan yang dapat muncul pada penderita diabetes. Penyakit ini menyebabkan kerusakan pada retina.
Diabetes akan merusak pembuluh darah pada retina. Diabetes retinopati akan terjadi apabila darah dan berbagai cairan lain keluar dari pembuluh darah kecil. Hal ini akan menyebabkan jaringan retina membengkak, menyebabkan pandangan menjadi kabur. Kondisi ini biasanya menyerang kedua mata. Semakin lama seseorang terkena diabetes, maka akan semakin besar kemungkinan ia terserang diabetes retinopati.
4. Luka pada kaki akibat diabetes
Luka kaki yang terjadi pada penderita diabetes pada umumnya akan membentuk borok. Borok ini biasa disebabkan karena tekanan atau gesekan kaki dengan sepatu yang ukurannya tidak pas, terluka karena berjalan tanpa alas kaki, atau terluka karena terdapat benda asing di sepatu (misalnya kerikil). Infeksi biasanya disebabkan oleh masuknya bakteri melalui celah-celah luka sehingga menyebabkan borok.
Luka kaki yang tidak kunjung sembuh ini disebabkan tingginya kadar gula darah sehingga membuat darah mengental di arteri dan menyebabkan sempitnya pembuluh darah.
Penyempitan pembuluh darah ini akan menurunkan aliran darah yang membawa oksigen dan berbagai nutrisi penting lainnya yang berguna untuk mempercepat penyembuhan luka.
Diabetes Tipe 2
Penyebab Diabetes Tipe 2
Berbeda dengan diabetes tipe 1, diabetes tipe 2 terjadi apabila pankreas tidak dapat memproduksi insulin, atau dapat memproduksi insulin, tapi dalam jumlah yang sedikit. Selain itu, diabetes tipe 2 juga dapat terjadi apabila tubuh tidak bisa merespon insulin yang kemudian menyebabkan suatu kondisi yang diebut “resistansi insulin”.
Ketika tubuh tidak memiliki insulin yang cukup atau insulin tidak dapat digunakan sebagaimana mestinya, gula (glukosa) tidak akan bisa masuk ke dalam sel tubuh, sehingga akan menumpuk di aliran darah. Ketika terjadi penumpukan gula pada aliran darah, hal ini akan menyebabkan kerusakan pada berbagai organ tubuh.
Risiko seseorang menderita diabetes tipe 2 akan lebih tinggi apabila ia berusia 45 tahun atau lebih tua. Selain itu, riwayat penyakit keluarga juga akan mempengaruhi. Beberapa penelitian juga membuktikan bahwa etnis Asia memiliki risiko lebih tinggi menderita diabetes tipe 2 dibandingkan etnis Amerika.
Gejala Diabetes Tipe 2
Gejala diabetes tipe 2 pada umumnya sama seperti gejala pada diabetes tipe 1, yaitu ditandai dengan kehilangan berat badan, sangat kehausan, urin yang keluar lebih banyak daripada biasanya, dan juga selalu merasa kelelahan.
Pada diabetes tipe 2, tingginya kadar gula darah disebabkan karena pasien makan terlalu banyak dan juga tidak mengonsumsi obat secara teratur.
Komplikasi pada Diabetes Tipe 2
Tingginya kadar gula darah pada tubuh penderita apabila dibiarkan dalam jangka waktu panjang akan menyebabkan kerusakan pada jantung dan pembuluh darah (cardiovascular disease), ginjal, mata, dan juga berbahaya bagi kehamilan.
Selain itu, diabetes tipe 2 juga akan menyebabkan gangguan pada fungsi saraf dan memperlama penyembuhan pada luka.
Penanganan Diabetes yang Benar
1. Sering olahraga
Selama berolahraga, kebutuhan oksigen pada tubuh akan meningkat dan akan semakin tinggi apabila melakukan olahraga untuk membangun otot. American Diabetes Association merekomendasikan orang normal (tanpa penyakit diabetes) untuk berolahraga mulai dari pemanasan hingga pendinginan.
Pemanasan dilakukan selama 5-10 menit dengan melakukan aktivitas aerobik (berjalan, bersepeda, dll). Setelah melakukan pemanasan, dilakukan gerakan peregangan selama 5-10 menit, yang kemudian dilanjut pendinginan dengan durasi yang sama.
Sementara itu, penderita diabetes tipe 1 harus menghindari olahraga apabila kadar gula darah melebihi 250 mg/dl. Pasien juga harus mengontrol kadar gula darah sebelum dan setelah melakukan olahraga, serta juga mengamati respon tingkat kadar gula darah pada jenis olahraga yang berbeda.
Untuk penderita diabetes tipe 2, perlu dilakukan analisis terhadap jenis olahraga yang dibutuhkan dan juga berdasarkan komplikasi lain yang dimiliki pasien.
2. Diet yang tepat
Diet yang tepat akan membantu pasien untuk menjaga kadar gula darah. Penderita diabetes setidaknya harus mengonsumsi makanan dan menerima asupan nutrisi yang tepat.
Diabetes(dot)uk merekomendasikan pasien diabetes untuk rajin mengonsumsi buah dan sayur setidaknya 5 porsi per hari. Buah-buahan yang berwarna juga dinilai memiliki kandungan vitamin dan mineral yang lebih tinggi.
Selain itu, makanan berserat juga dibutuhkan pasien diabetes. Kentang, nasi, pasta, dan roti adalah makanan yang mengandung karbohidrat. Di tubuh, karbohidrat akan dipecah menjadi glukosa. Mulai sekarang, konsumsi roti gandung dan beras merah untuk mengganti nasi.
3. Terapi insulin
NCBI – National Institutes of Health menyebutkan bahwa terapi insulin merupakan cara paling akhir yang dilakukan 10-15 tahun setelah pasien didiagnosis menderita diabetes. Hal ini dikarenakan rasa sakit yang terjadi selama penyuntikan, risiko hypoglycemia (menurunnya kadar gula darah), dan juga bertambahnya berat badan.
Apabila diperlukan terapi insulin, maka dosis insulin untuk penderita diabetes tipe 2 akan lebih sedikit daripada pendeita diabetes tipe 1.
4. Konsumsi obat antidiabetes
Mengonsumsi obat diabetes merupakan pengobatan paling umum yang dilakukan pada penderita diabetes. Beberapa obat diabetes bekerja dengan cara yang berbeda, untuk itu, selalu konsultasikan hal ini pada dokter Anda dan terus awasi respon kadar gula darah Anda terhadap jenis obat yang dikonsumsi.
Cara Mencegah Diabetes
Ada beberapa cara mudah untuk mencegah diabetes. Dikutip dari School of public Health Harvard, berikut adalah beberapa cara yang bisa Anda lakukan untuk mencegah diabetes:
- Mengontrol berat badan. Seseorang yang obesitas akan memiliki risiko 20 hingga 40 kali lebih tinggi untuk terserang diabetes. Sementara itu, mengontrol berat badan akan menurunkan risiko seseorang 7-10% terserang diabetes.
- Berolahraga secara teratur. Berolahraga akan menurunkan tingkat stress pada organ tubuh dan akan membantu organ-organ tubuh untuk bekerja secara optimal.
- Lakukan diet sehat dengan mengonsumsi buah dan sayur secara teratur dan juga mengganti nasi putih Anda dengan nasi merah atau roti gandum.
- Berhenti merokok. Rokok merupakan salah satu penyebab komplikasi pada seluruh organ tubuh. Seseorang yang kecanduan merokok memiliki risiko 50% lebih tinggi terserang diabetes ketimbang mereka yang tidak merokok.
Diabetes pada Ibu Hamil (Diabetes Gestasional)
Diabetes pada ibu hamil sering disebut sebagai diabetes gestasional. Diabetes gestasional adalah keadaan dimana tubuh ibu hamil mengalami intoleran terhadap glukosa. Menurut US Pharmacist pada Medscape, seorang ibu yang didiagnosis menderita diabetes gestasional pada masa kehamilan memiliki peluang 50% untuk menderita diabetes mellitus selama 20 tahun setelah didiagnosa diabetes gestasional.
Diabetes gestasional berisiko bagi ibu dan janin. Tingginya kadar gula darah akan menyebabkan transfer gula yang tinggi pula pada janin, yang kemudian menyebabkan penyakit kelebihan insulin (hyperinsulinemia) dan juga membesarnya ukuran janin. Ukuran janin yang terlalu besar akan menyebabkan birth trauma (timbulnya luka-luka pada organ tubuh akibat melahirkan), pengeluaran janin secara caesar, dan risiko jangka panjang intoleran gula serta obesitas.
Selain itu, diabetes gestasional juga dapat menyebabkan komplikasi lain pada janin, yaitu hypoglycemia (rendahnya kadar gula darah dalam tubuh), hyperbilirubinemia (tingginya tingkat bilirubin sehingga menyebabkan tubuh bayi berwarna kuning), gangguan sistem pernapasan, lemah jantung, dan hypocalcemia (rendahnya kadar kalsium dalam darah).
Penyebab Diabetes Gestasional
Pada saat hamil, tubuh akan meningkatkan daya tahan terhadap insulin (resistansi) dan juga akan meningkatkan sekresi insulin oleh pankreas untuk perkembangan kehamilan. Resistansi insulin ini dimulai pada pertengahan masa kehamilan dan akan terus berlangsung hingga akhir kehamilan.
Tubuh ibu hamil akan mensekresi insulin 200 hingga 250% untuk menjaga tingkat gula darah, dan apabila tingkat sekresi insulin lebih rendah daripada yang seharusnya, ibu hamil tersebut akan menderita diabetes gestasional.
Penyebab diabetes gestasional ini bisa digolongkan menjadi 3, yaitu autoimun (keadaan dimana sistem kekebalan tubuh mengalami gangguan dan kemudian menyerang jaringan tubuh sendiri), monogenik (keturunan), dan adanya riwayat keluarga yang menderita resistansi insulin.
Selain 3 penyebab diatas, diabetes gestasional juga dapat terjadi karena faktor obesitas yang kemudian akan menyebabkan resistansi insulin.
Monitoring Selama Masa Kehamilan
Diabetes gestasional memberikan risiko yang merugikan ibu hamil dan juga bayinya. Untuk itu, perlu dilakukan pengawasan selama masa kehamilan. American Diabetes Association menyebutkan beberapa hal yang harus diawasi selama masa kehamilan, diantaranya:
- Melakukan pengecekan sendiri pada kadar gula darah setiap hari dan mengonsultasikan pada dokter Anda berapa kadar gula darah yang normal untuk ibu hamil.
- Pengecekan kadar gula pada urin tidak akan mendeteksi diabetes gestasional. Namun, keton pada urin dapat membantu ibu hamil untuk mendeteksi total kalori atau karbohidrat pada ibu hamil yang sedang membatasi asupan kalori.
- Pengawasan terhadap kehamilan juga meliputi pengawasan tekanan darah dan protei pada urin untuk mendeteksi gangguan pada organ yang disebabkan oleh tekanan darah.
- Pengawasan harus lebih ditingkatkan apabila kadar gula darah pada ibu hamil yang berpuasa melebihi 105 mg/dl.
- Pengawasan terhadap janin menggunakan teknologi ultrasonography (USG) yang dilakukan pada awal trimester ketiga dapat membantu mengidentifikasi kondisi janin sehingga dapat mencegah ibu hamil dari terapi insulin.
Penanganan Diabetes Gestasional
- Ibu hamil penderita diabetes gestasional harus melakukan konsultasi nutrisi untuk mengetahui jumlah asupan nutrisi sesuai kebutuhan ibu hamil dan janin setiap harinya. Selain itu, beberapa ibu hamil mungkin akan direkomendasikan untuk mengonsumsi pemanis tanpa kalori untuk menjaga kadar gula darah.
- Untuk ibu hamil yang obesitas (BMI >30 kg/m2), perlu membatasi asupan kalori 30 hingga 33% setiap harinya (setara dengan 2500 kal/kg per harinya). Hal ini akan membantu ibu hamil untuk mengurangi risiko hyperglycemia (tingginya kadar gula darah). Selain itu, membatasi asupan karbohidrat sebanyak 35 hingga 40% mampu membantu pertumbuhan janin dan pengeluaran janin.
- Melakukan terapi insulin apabila dibutuhkan (sesuai dengan instruksi dokter/pakar nutrisi).