Rumah Adat Limas Sumatera Selatan

Rumah adat limas merupakan salah satu rumah adat yang paling terkenal di Indonesia. Rumah adat limas berasal dari Sumatera Selatan. Sumatera Selatan sendiri merupakan sebuah provinsi yang berada di bagian selatan Pulau Sumatera dan beribukota di Palembang.

Meskipun terdapat beberapa rumah adat lain di Sumatera Selatan, namun rumah adat limas-lah yang paling merepresentasikan kebudayaan masyarakat setempat. Rumah adat ini menjadi ikon rumah adat Sumatera Selatan. Oleh karena itu, topik mengenai rumah adat limas cukup menarik untuk dibicarakan. Nah, bagi kamu yang penasaran mengenai rumah adat limas, simak terus uraian berikut ini.

Rumah Adat Limas Sumatera Selatan

Rumah Adat Limas Sumatera Selatan

A. Arsitektur Rumah Adat Limas

Rumah limas merupakan rumah adat Sumatera Selatan yang paling populer. Rumah adat limas memiliki nuansa Islam dan melayu yang sangat kuat. Rumah limas sendiri selalu dibangun menghadap ke timur dan barat.

Terdapat falsafah tersendiri mengapa rumah limas dirancang demikian, yakni untuk bagian rumah yang menghadap kearah timur, hal itu berarti rumah menghadap ke Matoari eedoop atau matahari terbit yang melambangkan kehidupan baru. Sedangkan bagian rumah yang menghadap ke barat berarti rumah menghadap ke Matoari mati atau matahari terbenam yang melambangkan akhir dari kehidupan..

Sesuai dengan namanya, rumah limas memiliki bentuk atap menyerupai limas. Di bagian atap rumah terdapat ornamen simbar yang berbentuk tanduk dan melati. Melati sendiri melambangkan mahkota yang mencerminkan keagungan dan kerukunan.

Sedangkan tanduk juga memiliki makna sendiri tergantung jumlahnya. Untuk simbar dua tanduk melambangkan Adam dan Hawa, simbar tiga tanduk melambangkan matahari-bulan-bintang, simbar empat tanduk melambangkan sahabat nabi, dan simbar lima tanduk melambangkan rukun Islam.

Desain rumah limas disesuaikan dengan kondisi geografis lokasi setempat. Karena sebagian besar wilayahnya yang berada di dataran rendah dan dekat dengan perairan, maka rumah limas didesain berbentuk panggung. Panggung rumah limas disangga oleh tiang-tiang yang terpancang ke dalam tanah. Untuk naik ke dalam rumah, biasanya disediakan tangga atau undakan yang berada si sisi kiri dan kanan rumah.

Rumah limas merupakan rumah berukuran besar luas yang biasanya dihuni oleh banyak anggota keluarga. Ukurannya berkisar antara 400 sampai 1000 meter persegi. Selain sebagai tempat tinggal, rumah limas juga biasa digunakan sebagai tempat kegiatan besar lainnya, seperti acara pernikahan dan acara adat.

Selain berbentuk panggung, rumah limas juga dirancang bertingkat. Oleh masyarakat setempat, tingkat-tingkatan ini disebut dengan bengkalis. Rumah limas biasanya memiliki lima tingkatan. Setiap tingkatannya juga memiliki filosofi sendiri dan terdapat aturan sendiri mengenai siapa yang dapat menghuni tingkatan tersebut. Aturan yang digunakan adalah filosofi Kekijing. Filosofi ini mengatur penghuni setiap ruangan berdasarkan usia, jenis kelamin, pangkat, bakat, dan martabat. Berikut ini adalah lima tingkatan dalam rumah limas:

Pagar Tenggalung

Rumah Adat Limas Sumatera Selatan 2

Pagar Tenggalung merupakan lantai paling bawah di dalam rumah limas. Bagian rumah ini memiliki fungsi yang mirip dengan teras. Apabila terdapat tamu berkunjung, maka tamu tersebut akan dipersilakan di Pagar Tenggalung. Bagian rumah ini disebut dengan Pagar Tenggalung karena ruangannya yang terhampar luas dan tidak berdinding.

Oleh karena itu, suasana di ruangan ini sangat sejuk dan santai sehingga lebih sering digunakan untuk menerima tamu. Salah satu hal yang unik dari ruangan ini yaitu bahwa orang dari luar tidak bisa melihat aktivitas yang berlangsung di ruangan ini, sedangkan orang dari dalam dapat memantau aktivitas di luar.

Di bagian teras ini juga dikelilingi pagar kayu berjeruji atau yang disebut dengan tenggalung. Makna filosofis dari adanya pagar ini yaitu agar anak perempuan tidak keluar rumah.

Jogan

Tingkatan selanjutnya adalah Jogan. Jogan merupakan ruangan yang diperuntukkan bagi anggota keluarga yang berjenis kelamin laki-laki. Pembagian ruangan berdasarkan jenis kelamin ini dilakukan karena masyarakat Palembang sangat menjunjung tinggi kehormatan baik laki-laki maupun perempuan. Sehingga bisa lebih menjaga privasinya.

Kekijing Tiga

Tingkatan ketiga rumah adat limas disebut dengan Kekijing Tiga. Ruangan di lantai ini lebih privasi dibanding dengan ruangan di lantai sebelumnya. Ruangan ini bersekat. Kekijing Tiga hanya boleh dimasuki oleh para tamu yang diundang pemilik rumah saat acara hajatan.

Kekijing Empat

Naik satu tingkat lagi terdapat Kekijing Empat. Sebanding dengan posisi lantainya yang lebih tinggi, begitu pula orang-orang yang dipersilakan masuk juga memiliki kedudukan yang lebih tinggi. Biasanya, orang-orang yang dipersilakan masuk ruangan ini adalah mereka yang memiliki hubungan kekerabatan dengan pemilik rumah dan dihormati, seperti orang yang lebih tua, datuk, dan dapunto.

Gegajah

Tingkatan terakhir sekaligus lantai paling atas di rumah limas dinamakan Gegajah. Gegajah juga merupakan ruangan paling luas di antara tingkatan lainnya. Ruangan ini hanya boleh dimasuki oleh anggota keluarga atau masyarakat yang memiliki kedudukan sangat tinggi. Oleh karena itulah, ruangan ini dinilai memiliki tingkat privasi yang paling tinggi.

Di tingkatan Gegajah terdapat sejenis undakan lantai atau yang disebut amben yang bisa digunakan untuk musyawarah bagi penghuni Gegajah. Di tingkatan ini juga terdapat kamar pengantin yang hanya digunakan ketika pemilik rumah mengadakan acara pernikahan.

B. Konstruksi Rumah Adat Limas

Rumah Adat Limas Sumatera Selatan 3

Hampir keseluruhan rumah limas terbuat dari kayu, mulai dari pondasinya, kerangka, lantai, pintu, dan pagar. Meskipun begitu, jenis kayu yang dipilih adalah yang memiliki kualitas baik. Untuk bagian pondasi, umumnya masyarakat menggunakan material dari kayu ulen. Jenis kayu ini dipilih karena struktur yang kuat dan ketahanan tinggi terhadap air.

Untuk bagian kerangka, jenis kayu yang digunakan adalah kayu seru. Jenis kayu ini cukup langka di Palembang. Menurut kebudayaan masyarakat setempat, kayu ini tidak boleh diinjak atau dilangkahi sehingga tidak digunakan sebagai material lantai.

Sedangkan untuk bagian lantai, pintu, dan pagar biasanya digunakan kayu trembesu. Kayu tembesu dipilih karena memiliki keunggulan dari segi ekonomi dan ekologi.

Meskipun memiliki nilai budaya yang tinggi, sayangnya saat ini sudah jarang rumah limas yang dijadikan sebagai tempat tinggal. Salah satu alasannya yaitu karena dibutuhkan lahan yang besar untuk membangun rumah limas. Selain itu, dari sisi dana yang dibutuhkan juga lebih besar dibanding membangun hunian biasa.

Dan dari sinilah, banyak masyarakat yang percaya bahwa mereka yang memiliki rumah limas di zaman kesultanan Palembang adalah orang-orang yang memiliki tingkat sosial dan ekonomi yang tinggi. Biasanya, pemilik rumah limas adalah keturunan keluarga kesultanan Palembang, saudagar kaya, atau pejabat pemerintahan Hindia Belanda.

Meskipun begitu, bukan berarti sudah tidak ada lagi rumah limas di Sumatera Selatan. Salah satu rumah limas yang dapat pembaca kunjungi adalah Museum Balaputera Dewa di Jalan Srijaya Negara I, Kota Palembang.

Nah, mungkin sekian artikel kali ini mengenai rumah adat limas. Semoga informasi di atas dapat menambah pengetahuan pembaca. Terima kasih.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini