Kemarin, curhat seorang wanita mengalami pelecehan juga pemerasan dengan modus rapid test virus COVID-19 di Bandara Soekarno Hatta viral di Twitter. Cuitan tersebut membuat netizen geram terhadap oknum yang melakukan pelecehan tersebut.
Petugas Kesehatan Rapid Test
Kejadian tak menyenangkan dialami seorang wanita pemilik akun Twitter @listongs ketika melakukan rapid test di Terminal 3 Bandara Soekarno Hatta pada Minggu, 13 September 2020. Ia mengalami pemerasan juga pelecehan seksual saat menjalani rapid test resmi di Bandara Soekarno Hatta.
Baca Juga: Geger Penemuan 5 Mayat ABK di Freezer Kapal Nelayan Indonesia
“Flightku jam 6 pagi. Jadi sekitar jam 4 paginya, aku sudah sampai terminal 3 guna melakukan rapid test (virus COVID-19). Aku test rapid-nya di tempat resmi yang sudah disediakan oleh bandara Soekarno Hatta (bukan yang dari Traveloka/Tiket.com),” cuit perempuan bernama asli Lisany Haq Istiqomah di Twitter.
Lisany awalnya merasa percaya diri bahwa hasil rapid test-nya akan non reaktif karena dirinya baru pulang dari Australia yang angka kasusnya kecil. Namun ternyata, seorang tenaga kesehatan yang mengaku sebagai dokter menyebut abhwa Ig G aku reaktif. Ia pun pasrah dan mau mmebatalkan penerbangannya ke Nias saat itu.
Di sinilah kejanggalan terjadi. Petugas kesehatan tersebut justru menanyakan, “Kamu jadi mau terbang gak?”. Lisany pun semakin bingung karena orang tersebut mengatakan bahwa data rapid test tersebut bisa diganti.
“Di situ kaget sih jujur. Tetapi si dokternya malah terkesan “maksa”. “enggak apa apa mba, terbang aja. Mba enggak apa apa kok sebenernya. Enggak bakal nularin ke orang-orang di sana. Kalau mau tetap berangkat, ini saya rapid test lagi, bayar aja 150k lagi buat test ulangnya”,” tulis Lisany.
Pemerasan dan Pelecehan
abis dapet surat itu, yaudah lah aku pergi, keluar tempat test, mau naik ke atas ke departure gate. nah pas masih jalan, pas mau masuk ke departure gate, ternyata si dokter itu ngejar aku lalu mengajak untuk ngobrol di tempat yang sepi. huhuh bodohnya aku knp aku ngikut2 aja 🙁
— lism (@listongs) September 18, 2020
Lisany akhirnya mengambil rapid test kedua. Setelah tes, ia pun bergegas naik ke atas ke departure gate. Tiba-tiba, petugas kesehatan yang tadi mengejarnya dan mengajaknya ke tempat sepi.
“Di situ, dokternya bilang “mba, saya kan sudah bantu mba nih, bisa lah mba kasih berapa.” Di situ aku kaget dong, ya udah lah karena enggak mau ribet juga aku tanyain lah langsung, ‘berapa?’,” ingat Lisany.
Di situ Lisany harus merogoh kocek lagi sebesar Rp 1,4 juta sebagai ‘uang terima kasih’ kepada tenaga kesehatan tersebut. Ketika mentransfer uang tersebut, diketahui nama oknum tersebut adalah Eko Firston Yuswardinata S.
Tak berhenti sampai di situ saja, ternyata Eko melancarkan aksi bejatnya dengan mencoba mencium bibir Lisany.
“Aku benar-benar kaget dan enggak bisa ngapa-ngapain. Si dokter bajingan ini malah melanjutkan aksi bejatnya dengan meraba-raba payudaraku. Perasaanku benar-benar hancur. Nangis sekeras-kerasnya di dalam (hati) bahkan untuk teriak minta tolong saja enggak bisa,” lanjut Lisany.
Baca Juga: Pemprov Bagikan Bansos ke 2,4 Juta KK di Jakarta, Ini Jadwal Distribusinya
Untuk kasus pelecehan seksualnya, Lisany mengaku ia tak memiliki bukti karena kejadian begitu cepat. Namun pelaku seolah tanpa rasa malu masih mengirim pesan ke nomor Lisany.
Kemudian Lisany juga mengungkapkan bahwa pelaku pemerasan dan pelecehan seksual terhadapnya bukanlah dokter melainkan bergelar S. Ked (belum resmi dokter). Selain itu, dua hari kemudian Lisany melakukan rapid test di Nias dan ternyata hasilnya non reaktif semua baik lg G maupun lg M.