Bukan di Wuhan, Peneliti Ungkap Virus Corona Lebih Dulu Ada di Los Angeles

Jika selama ini diketahui bahwa virus COVID-19 pertama kali muncul di kota Wuhan, Tiongkok, maka temuan terbaru menyebutkan bahwa sebenarnya Corona mungkin telah ada di Los Angeles sejak Desember 2019. Temuan ini langsung menjadi pemberitaan di berbagai media besar di dunia.

Virus Corona di Los Angeles

Seperti dilansir dari Los Angeles Times, para peniliti dari Universitas California Los Angeles (UCLA) dan Universitas Washiongton mengumumkan penemuan mengejutkan di mana kemungkinan virus COVID-19 atau Corona sudah terlebih dulu ada di Los Angeles ketimbang di Wuhan, Tiongkok. Hasil temuan ini didapat dari jumlah kenaikan pasien yang mencari pengobatan untuk batuk-batuk sejak 22 Desember 2019 dan angkanya yang terus naik hingga akhir Februari.

Baca Juga: Bantuan Subsidi Pekerja Rp 600 Ribu Bakal Diperpanjang hingga Juni 2021

Data tersebut didapat setelah menganalisis catatan medis dari rumah sakit dan klinik setempat di Los Angeles. Kemudian para peneliti membandingkan data catatan medis periode 1 Desember 2019 hingga 29 Februari 2020 dengan data dari periode yang sama selama lima tahun sebelumnya. Hasilnya, total ada 2.938 pasien yang mendatangi klinik untuk mengobati batuk dalam periode tersebut. Jumlah itu lebih banyak 1.047 pasien dibanding jumlah rata-rata pasien batuk pada periode 3 bulan yang sama selama 5 tahun terakhir.

Tak hanya itu, karena pasien COVID-19 juga mengalami masalah pernapasan maka para peneliti pun mencari data pasien yang mengalami gejala ini. Hasilnya, ad a1.138 pasien yang dirawat karena mengalmi kegagalan pernapasan akut dalam periode Desember 2019 hingga Februari 2020. Angka ini lebih banyak 387 pasien dibanding periode bulan yang sama dalam lima tahun sebelumnya.

Kasus Pertama COVID-19 di LA

corona covid-19
Corona COVID-19-Pexels.com-Edward Jenner

Namun dalam penelitian ini, para peneliti tidak melakukan tes diagnostik sehingga mereka tidak bisa menyatakan dengan pasti kapan Los Angeles pertama kali berhadapan dengan infeksi virus COVID-19. Namun para peneliti dari dua universitas tersebut meyakini bahwa pola kunjungan pasien batuk ke fasilitas medis UCLA terlihat mirip dengan pola kunjungan pasien COVID-19.

“Jumlah pasien dengan keluhan dan penyakit pernapasan (yang mendatangi pusat medis di Los Angeles) mengalami peningkatan secara signifikan mulai akhir Desember 2019 dan berlanjut hingga Februari 2020. Hal ini menunjukkan adanya penyebaran SARS-CoV-2 (Virus COVID-19) di tengah masyarakat sebelum adanya kesadaran klinis dan kemampuan tes yang mapan,” ungkap Dr Joann Elmore, ketua tim penelitian tersebut.

Baca Juga: Jakarta PSBB Total, Anies Baswedan Siapkan Bansos untuk Warga DKI

Dalam kajian tersebut juga menyebutkan dugaan bahwa pasien batuk mengkin terkena flu musiman biasa karena periodenya yang bertepatan dengan musim dingin. Kemungkinan lainnya, wabah penyakit pernapasan tinggi di LA saat itu karena terkait penggunaan vaping (rokok elektrik) tahun 2019 yang cukup tinggi

Untuk diketahui, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat pertama kali mengakui bahwa Corona mencapai daratan Negeri Paman Sam pada pertengahan Januari 2020.

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini